Munich untuk yang kedua kalinya


Sejak 2014 aku tinggal di Jerman, maka ini adalah kali kedua aku kembali menginjakkan kaki di Munich (München).

Oktober 2014

Aku menjemput sahabatku Halim Perdana Kusuma dari Bandara Frankfurt, yang kala itu hendak mengikuti program pertukaran pelajar Erasmus Mundus. Halim adalah sahabat yang hingga saat ini sangat akrab denganku, karena bertahun-tahun bermimpi bersama untuk ke Jerman (selengkapnya tentang Halim akan aku tulis kapan-kapan). Kami menginap di rumah Mas Venda dan Mbak Swatje di Frankfurt. Saat itu, Rivandi, teman satu angkatan Erasmus Mundus Göttingen dari Halim juga akan ikut kami bersama ke Munich.
Kami pergi menggunakan Meinfernbus, karena harganya yang paling murah saat itu. Beruntung, ketika sama-sama belajar di Pusat Studi Jerman Ugm dulu kala, kami punya koneksi, Sylvester namanya. Dia menjemput kami di ZOB (terminal Bus di Munich), membawa kami ke rumahnya untuk meletakkan barang-barang dan mengajak kami makan. Kami melanjutkan perjalanan ke Allianz Arena dan berfoto sepuasnya di sana, lalu pergi ke Oktoberfest, festival rakyat terbesar di dunia. Keesokan harinya, kami berjalan-jalan dan melihat-lihat kota Munich dengan berbagai tujuan wisatanya, Englischer Garten, Schloss Nymphernburg, Marienplatz, Universitas LMU; TUM, dan Alte Peter, yang darinya kita dapat melihat kota Munich dari atas.

23 September 2016

09:00

tiket kereta yang sudah jauh-jauh hari kami pesan akhirnya kami gunakan juga. Satu bulan sebelumya, aku menghubungi Mas Toro, yang dulu juga bekerja di Pusat Studi Jerman Ugm. Tepat pada akhir pekan itu juga, Mahayu, sahabatku, pacar Halim yang juga sahabatku, mengirim pesan padaku bahwa ia ingin ke Munich. Tak disangka, mimpi kami bertahun-tahun untuk bertemu di Munich terwujud juga. Kami semua hendak berkunjung ke Oktoberfest dan berkunjung ke Mas Toro. Awal mulanya, aku dan Tilmann hanya ingin mengunjungi Mas Toro, dan kami selalu menunggu jadwal akhir pekan yang pas (karena aku dan Mas Toro terkadang juga bekerja pada akhir pekan). Setelah sempat update status di Facebook bahwa kami hendak bertemu di Munich, salah satu teman yang juga sudah lama tidak aku temui, berkata bahwa ia juga berniat untuk ikut. Kami semua berkumpul dan amat berbahagia di sana. Siapa sangka, 2014 aku ke Oktoberfest bersama Halim, 2016 aku pergi bersama Mahayu. Suatu kebetulan yang indah, bukan ?


Pemandangan dari Alte Peter, Munich, Oktober 2014

Kami berangkat dari Mannheim dengan kereta ICE selama tiga jam perjalanan. Tiket telah kami pesan beberapa minggu sebelumnya agar kami bisa mendapat harga yang semurah mungkin. Kami membayar berdua 80 Euro untuk pulang pergi untuk dua orang. Karena akhir pekan dan Oktoberfest sedang digelar, banyak pada wisatawan yang datang dari berbagai negara sehingga kereta penuh dan kami harus duduk di lantai untuk beberapa menit pertama, hingga akhirnya petugas memberi tahu kami kursi yang sedang kosong.

Pada menit-menit sebelum kereta tiba, aku deg-deg an luar biasa karena hendak bertemu sahabatku yang hebat, Mahayu, yang sudah tidak aku temui dan lihat langsung selama dua tahun lebih. Kami berpelukan sangat erat, selfie, dan langsung posting di Path (halaah kebiasaan).

Sore harinya, setelah menerima oleh-oleh bumbu kiriman dari Halim (dan kemudian langsung kami masak, dan ternyata enak banget), kami pergi ke Oktoberfest dengan dress code nya : Drindl. Penjagaan Oktoberfest kali ini jauh lebih ketat dari tahun-tahun sebelumnya mengingat isu keamanan yang harus diperketat saat ini. Pengunjung tak boleh membawa tas punggung (ada semacam rumah untuk penitipan). Kami tidak masuk ke tenda-tenda karena penuh dan harus dipesan sejak bahkan satu tahun sebelumya, sehingga kami hanya melihat-lihat sekitaran. Sayangnya, hari itu juga, Mahayu harus kembali ke Wageningen karena dia berangkat ke Munich dengan eksekursi mahasiswa dari universitasnya.
Pintu masuk Oktoberfest 2016



Zelt (tenda) dimana orang-orang meminum bir, selalu ramai dan penuh

Lebkuchen/Pfefferkuchen, kue khas Jerman yang dulunya ada setiap Natal, dan berkembang hingga setiap fetival-festival dan acara-acara di Jerman. Kue ini bisa bertahan hingga dua tahun, dan bisa dituliskan berbagai ungkapan. 




Esok harinya, kami menuju sebuah danau bernama Tegernsee, dengan mengendarai mobil selama kurang lebih satu setengah jam. Kami disuguhi pemandangan yang indah ala Bayern dengan pegunungan Alpen sebagai background nya. Kami makan di sebuah restoran a la Bayern, dengan suguhan menu khas Bayern, dan kemudian menaiki semacam gondola menuju ke atas pegunungan. Kalau punya banyak waktu, bisa juga hiking dan menuju puncak Wallberg am Tegernsee, tapi karena aku dan Tilmann hanya punya waktu sampai pukul 19 malam, kami menaiki gondola tersebut. Kami membayar untuk naik dan turun sebesar 19 Euro, yang menurut saya awalnya mahal, tetapi jika sudah di atas, semua itu worth it. Banyak paralayang yang mengawali penerbangannya di puncak tersebut, sehingga kami juga bisa melihat langsung.

Pemandangan dari dalam gondola


Banyak paralayang, Tegernsee terlihat dari atas


Pelan-pelan terbang

Seperti biasa, kami sampai di Mannheim larut malam, dan bersiap kerja untuk keesokan harinya.

Komentar

Postingan Populer