Bahasa Perancis, Salju dan Le Fabuleux Destin d' Amélie Poulain
Hari ini, minggu kedua liburan semester pertamaku di Jerman, aku awali dengan berangkat pagi-pagi ke Universitas Hamburg. Meski kuliahku bukan di Universitas tersebut, aku tetap bisa mengikuti kelas-kelas bahasanya saat liburan semester karena kelas-kelas tersebut terbuka untuk akademisi berbagai universitas di Hamburg. Berhari-hari aku sudah sangat menunggu kursus tersebut di mulai.
Mengenal salah satu keluarga campuran Jerman dan Perancis, melakukan perjalanan selama dua minggu di Senegal cukup untuk membuatku jatuh cinta pada bahasa Perancis. Aku jatuh cinta bagaimana intonasi bahasa tersebut terdengar. Setiap kali duduk di kereta di sini dan mendengar turis-turis Perancis berkomunikasi, ingin rasanya aku berlama-lama duduk sekedar mendengar mereka bercakap-cakap.
Saat di Senegal, hanya aku satu-satunya yang sama sekali tidak mengerti bahasa Perancis dari lima orang teman traveling. Aku suka sekali mendengar mereka berbicara pada penduduk lokalnya, bagaimana mimik dan gaya mereka berbicara. Meski bisa dibilang orang-orang di Senegal menggunakan dialek yang berbeda, tetap saja mendengar mereka berbicara adalah pengalaman yang tersendiri buatku.
Pagi ini ketika baru membuka mata, aku menatap jendela dan berkata "oh nein". Salju turun begitu lebat. Aku bangun lumayan kesiangan dari jadwal yang telah aku rencanakan. Sesegera mungkin aku memakai baju dan ke dapur, mengambil salad yang sudah aku buat semalam sebelumnya untuk bekal, membuat kopi (yang akhirnya karena buru-buru tertinggal di rumah), dan mempersiapkan diri di kamar mandi. Karena belum pernah ke kampus tersebut dimana kursus diselenggarakan, aku memutuskan untuk berada di sana setengah jam sebelumnya. Aku datang paling awal, bahkan saat pintu kelas masih terkunci. Aku turun lagi satu lantai kebawah dan meminta tolong bapak penjaga bagaimana aku bisa masuk ruangan itu.
Kupilih bangku yang menghadap ke jendela. Karena jendela selalu memberiku inspirasi, karena menatap jendela bisa meluaskan pandanganku dan sejenak menerawang lebih jauh. Aku begitu menikmati kesendirian sembari menatap salju yang turun. Kelas dimulai tepat pukul 10:00. Sebagian besar peserta adalah mahasiswa Uni Hamburg dari berbagai jurusan. Guru kami begitu lucu, atraktiv dan begitu passionate menikmati pekerjaannya sebagai pengajar. Beliau memberikan materi -tugas di sebuah platform online yang bisa kami unduh setiap saat dan kami kerjakan di rumah.
Saat pulang dari kampus, aku semakin bersemangat dan mengulang pelajaran hari ini, mendengarkan beberapa audio dan melihat beberapa video dalam bahasa Perancis. Suasana berubah menjadi syahdu saat aku salju yang turun, sembari mendengar soundtrack dari Die Fabelhafte Welt der Amelie, film Perancis yang kutonton dengan Tilmann tahun lalu saat kami berada di kereta dari Ravensburg menuju Mannheim. Hari ini, setelah sekian lama aku tak duduk di meja belajar dan menyisakan sedikit waktu untuk menikmati kejutan-kejutan yang tak selalu ada setiap saat : musim dingin yang tak selalu hanya diisi dengan badan yang kedinginan, tapi juga keromantisannya saat matahari hendak tenggelam, salju yang turun yang pagi ini begitu menyebalkan karena semua jadi basah tetapi saat indah ketika dilihat dari jendela, dan musik-musik klasik yang menenangkan diri.
Hamburg, 12 Februari 2018
Mengenal salah satu keluarga campuran Jerman dan Perancis, melakukan perjalanan selama dua minggu di Senegal cukup untuk membuatku jatuh cinta pada bahasa Perancis. Aku jatuh cinta bagaimana intonasi bahasa tersebut terdengar. Setiap kali duduk di kereta di sini dan mendengar turis-turis Perancis berkomunikasi, ingin rasanya aku berlama-lama duduk sekedar mendengar mereka bercakap-cakap.
Saat di Senegal, hanya aku satu-satunya yang sama sekali tidak mengerti bahasa Perancis dari lima orang teman traveling. Aku suka sekali mendengar mereka berbicara pada penduduk lokalnya, bagaimana mimik dan gaya mereka berbicara. Meski bisa dibilang orang-orang di Senegal menggunakan dialek yang berbeda, tetap saja mendengar mereka berbicara adalah pengalaman yang tersendiri buatku.
Pagi ini ketika baru membuka mata, aku menatap jendela dan berkata "oh nein". Salju turun begitu lebat. Aku bangun lumayan kesiangan dari jadwal yang telah aku rencanakan. Sesegera mungkin aku memakai baju dan ke dapur, mengambil salad yang sudah aku buat semalam sebelumnya untuk bekal, membuat kopi (yang akhirnya karena buru-buru tertinggal di rumah), dan mempersiapkan diri di kamar mandi. Karena belum pernah ke kampus tersebut dimana kursus diselenggarakan, aku memutuskan untuk berada di sana setengah jam sebelumnya. Aku datang paling awal, bahkan saat pintu kelas masih terkunci. Aku turun lagi satu lantai kebawah dan meminta tolong bapak penjaga bagaimana aku bisa masuk ruangan itu.
Kupilih bangku yang menghadap ke jendela. Karena jendela selalu memberiku inspirasi, karena menatap jendela bisa meluaskan pandanganku dan sejenak menerawang lebih jauh. Aku begitu menikmati kesendirian sembari menatap salju yang turun. Kelas dimulai tepat pukul 10:00. Sebagian besar peserta adalah mahasiswa Uni Hamburg dari berbagai jurusan. Guru kami begitu lucu, atraktiv dan begitu passionate menikmati pekerjaannya sebagai pengajar. Beliau memberikan materi -tugas di sebuah platform online yang bisa kami unduh setiap saat dan kami kerjakan di rumah.
Salju yang terlihat dari jendela |
Saat pulang dari kampus, aku semakin bersemangat dan mengulang pelajaran hari ini, mendengarkan beberapa audio dan melihat beberapa video dalam bahasa Perancis. Suasana berubah menjadi syahdu saat aku salju yang turun, sembari mendengar soundtrack dari Die Fabelhafte Welt der Amelie, film Perancis yang kutonton dengan Tilmann tahun lalu saat kami berada di kereta dari Ravensburg menuju Mannheim. Hari ini, setelah sekian lama aku tak duduk di meja belajar dan menyisakan sedikit waktu untuk menikmati kejutan-kejutan yang tak selalu ada setiap saat : musim dingin yang tak selalu hanya diisi dengan badan yang kedinginan, tapi juga keromantisannya saat matahari hendak tenggelam, salju yang turun yang pagi ini begitu menyebalkan karena semua jadi basah tetapi saat indah ketika dilihat dari jendela, dan musik-musik klasik yang menenangkan diri.
Hamburg, 12 Februari 2018
Hai, btw, tulisan kamu bagus nih, jarang masih ada yang giat ngeblog. Boleh juga, kalau berkenan, untuk berkunjung ke blog aku di Ankajournal.blogspot.co.id. Boleh juga berkomentar... Thanks, salam kenal...
BalasHapus