Kerja Kerasmu Tak Kan Pernah Sia-Sia
Saya sudah sempat menuliskan ini di buku harian, tapi tidak ada salahnya juga kalau saya membaginya di sini.
Masih tajam dalam ingatan saya, malam itu.
Saya mengantar teman saya Kathrin ke Prawirotaman dekat Jalan Parangtritis, yang semula datang di rumah kontrakan. Malam itu hujan rintik-rintik sedang tiba. Saya dan dia tidak mengenakan mantel. Berkali-kali dia mengucapkan minta maaf karena telah membuat saya basah. Tapi saya timpali juga berkali-kali bahwa saya tidak apa-apa, mengingat dia juga akan kembali ke negara asalnya, saya rasa kapan lagi saya punya kesempatan untuk bersama dia.
Dalam hati, saya bersyukur hujan tiba, karena dalam perjalanan itu saya menangis sedih sehingga tidak terlihat bahwa wajah saya basah karena menangis, tetapi karena hujan :). Sedih, karena saya tidak mendapatkan konfirmasi untuk lolos ke tahap berikutnya, wawancara asisten program Pusat Studi Jerman UGM. Siang sebelum Kathrin datang, saya mengikuti pengenalan program yang juga salah satu bagian dari seleksi dan jika sudah lolos tahap tersebut, akan diadakan tes wawancara bagi siapapun yang mendapatkan pemberitahuan melalui sms.
Sorenya, saya mengirim pesan kepada teman kursus saya, Halim.
"Halim , kamu di sms nggak ?"
"iya tuh dapet kok. Kamu ?"
"hehe enggak, oke selamat ya"
Maka malam itu saya benar-benar hampir putus asa, tapi masih berusaha untuk bangkit dan mengingat bahwa besok masih ada ujian semester. Saya tidak dapat memejamkan mata.
Mengapa saya sampai sesedih itu ? Pertama, karena saya sudah menyiapkan berkas dan dokumen dengan maksimal. Saya adalah mengumpul terakhir karena saya menyiapkan banyak hal, sertifikat yang belum diberikan kepada saya, dsb. Saya juga masih ingat hujan deras yang menemani saya ketika pengumpulan berkas tersebut.
Setelah pengumpulan tersebut, saya sering bertanya kapan pengumuman hingga saya datang ke sana bersama teman.
Dan perjuangan terakhir adalah ketika itu, pengenalan program dilaksanakan pukul 14.00 WIB, sedangkan saya harus ujian mulai pukul 13.00 WIB. Saya terus berusaha belajar agar dapat mengerti dan memudahkan saya untuk menjawab soal dengan baik dan benar. Pukul 13.45 WIB saya keluar ruangan dan baru tahu bahwa soalnya berjumlah 29, sedangkan saya telah melingkari jawaban hingga 30 nomor. Saya benar-benar panik. Bersyukur, penjaga ujian memperbolehkan saya masuk dan meneliti beberapa saat.
Waktu ujian telah berakhir, teman-teman membantu saya untuk mengoreksi. Tari, Indah, Alya, dan yang lain mungkin tidak saya perhatikan karena panik.
Sepuluh menit waktu yang dapat saya gunakan untuk pergi ke Pusat Studi Jerman. Namun, hujan yang sangat deras tiba-tiba datang. Saya tetap nekat karena di dalam jok motor hanya ada celana mantel.
Alhasil, saya datang dengan basah kuyup dan kedinginan luar biasa. Saya memeras baju, memastikan tidak akan membasahi lantai jika saya berjalan.
Setelah itu, saya memasuki ruangan. Hanya ada satu orang lagi yang telah datang selain saya dan Domi. Saya berusaha untuk tepat waktu, tak perduli dengan hujan karena saya yakin acara juga akan dimulai tepat waktu, tidak peduli meskipun hanya satu orang yang sudah datang.
Esok hari, sebelum pukul empat, Halim menelefon saya ketika dia usai wawancara. Dia berkata bahwa nama saya ada di dalam list daftar wawancara. Saya langsung diminta untuk datang.
Sesampainya di sana, saya baru tahu bahwa saya sudah di-sms berkali-kali dan dihubungi berkali-kali pula, tetapi nomor saya tidak dapat dihubungi.
Jadwal wawancara saya yang semula jam 14.30 WIB berubah menjadi 16.00 WIB karena menunggu giliran yang lain.
Malamnya, diumumkan bahwa saya diterima menjadi Asisten Program Pusat Studi Jerman UGM bersama tujuh rekan saya yang lain.
Saya bersyukur luar biasa.
Jika saya yakin saya bisa, saya akan bisa, tak ada halangan yang tidak dapat saya pecahkan.
Jika saya optimis bahwa saya diterima, saya pasti diterima.
Jika saya telah bekerja semaksimal dan sekeras mungkin yang saya bisa, saya akan mendapatkan apa yang menjadi mimpi saya.
Percayalah, kerja kerasmu yang melebihi orang lain tak akan pernah sia-sia.
Masih tajam dalam ingatan saya, malam itu.
Saya mengantar teman saya Kathrin ke Prawirotaman dekat Jalan Parangtritis, yang semula datang di rumah kontrakan. Malam itu hujan rintik-rintik sedang tiba. Saya dan dia tidak mengenakan mantel. Berkali-kali dia mengucapkan minta maaf karena telah membuat saya basah. Tapi saya timpali juga berkali-kali bahwa saya tidak apa-apa, mengingat dia juga akan kembali ke negara asalnya, saya rasa kapan lagi saya punya kesempatan untuk bersama dia.
saya dan Kathrin, di puncak Hargodumilah, Lawu |
Dalam hati, saya bersyukur hujan tiba, karena dalam perjalanan itu saya menangis sedih sehingga tidak terlihat bahwa wajah saya basah karena menangis, tetapi karena hujan :). Sedih, karena saya tidak mendapatkan konfirmasi untuk lolos ke tahap berikutnya, wawancara asisten program Pusat Studi Jerman UGM. Siang sebelum Kathrin datang, saya mengikuti pengenalan program yang juga salah satu bagian dari seleksi dan jika sudah lolos tahap tersebut, akan diadakan tes wawancara bagi siapapun yang mendapatkan pemberitahuan melalui sms.
Sorenya, saya mengirim pesan kepada teman kursus saya, Halim.
"Halim , kamu di sms nggak ?"
"iya tuh dapet kok. Kamu ?"
"hehe enggak, oke selamat ya"
Maka malam itu saya benar-benar hampir putus asa, tapi masih berusaha untuk bangkit dan mengingat bahwa besok masih ada ujian semester. Saya tidak dapat memejamkan mata.
Mengapa saya sampai sesedih itu ? Pertama, karena saya sudah menyiapkan berkas dan dokumen dengan maksimal. Saya adalah mengumpul terakhir karena saya menyiapkan banyak hal, sertifikat yang belum diberikan kepada saya, dsb. Saya juga masih ingat hujan deras yang menemani saya ketika pengumpulan berkas tersebut.
Setelah pengumpulan tersebut, saya sering bertanya kapan pengumuman hingga saya datang ke sana bersama teman.
Dan perjuangan terakhir adalah ketika itu, pengenalan program dilaksanakan pukul 14.00 WIB, sedangkan saya harus ujian mulai pukul 13.00 WIB. Saya terus berusaha belajar agar dapat mengerti dan memudahkan saya untuk menjawab soal dengan baik dan benar. Pukul 13.45 WIB saya keluar ruangan dan baru tahu bahwa soalnya berjumlah 29, sedangkan saya telah melingkari jawaban hingga 30 nomor. Saya benar-benar panik. Bersyukur, penjaga ujian memperbolehkan saya masuk dan meneliti beberapa saat.
Waktu ujian telah berakhir, teman-teman membantu saya untuk mengoreksi. Tari, Indah, Alya, dan yang lain mungkin tidak saya perhatikan karena panik.
Sepuluh menit waktu yang dapat saya gunakan untuk pergi ke Pusat Studi Jerman. Namun, hujan yang sangat deras tiba-tiba datang. Saya tetap nekat karena di dalam jok motor hanya ada celana mantel.
Alhasil, saya datang dengan basah kuyup dan kedinginan luar biasa. Saya memeras baju, memastikan tidak akan membasahi lantai jika saya berjalan.
Setelah itu, saya memasuki ruangan. Hanya ada satu orang lagi yang telah datang selain saya dan Domi. Saya berusaha untuk tepat waktu, tak perduli dengan hujan karena saya yakin acara juga akan dimulai tepat waktu, tidak peduli meskipun hanya satu orang yang sudah datang.
Esok hari, sebelum pukul empat, Halim menelefon saya ketika dia usai wawancara. Dia berkata bahwa nama saya ada di dalam list daftar wawancara. Saya langsung diminta untuk datang.
Sesampainya di sana, saya baru tahu bahwa saya sudah di-sms berkali-kali dan dihubungi berkali-kali pula, tetapi nomor saya tidak dapat dihubungi.
Jadwal wawancara saya yang semula jam 14.30 WIB berubah menjadi 16.00 WIB karena menunggu giliran yang lain.
Malamnya, diumumkan bahwa saya diterima menjadi Asisten Program Pusat Studi Jerman UGM bersama tujuh rekan saya yang lain.
Saya bersyukur luar biasa.
Jika saya yakin saya bisa, saya akan bisa, tak ada halangan yang tidak dapat saya pecahkan.
Jika saya optimis bahwa saya diterima, saya pasti diterima.
Jika saya telah bekerja semaksimal dan sekeras mungkin yang saya bisa, saya akan mendapatkan apa yang menjadi mimpi saya.
Percayalah, kerja kerasmu yang melebihi orang lain tak akan pernah sia-sia.
alur ceritanya agak ribet Zi, aku nyari2 korelasi antara Kathrin, Foto, dan cerita perjuanganmu, alhasil dahi berkerut-kerut, hehehe..
BalasHapuseniwei ini INSPIRATIF!! tidak ada kisah perjuangan yang tidak inspiratif :)
semoga akan ada banyak orang yang tergerak untuk terus berjuang dalam kebaikan tanpa kenal menyerah setelah membaca tulisan ini
nais pos!!
ziaaa selamaaaat, btw asisten program pusat studi jerman berarti bakal gimana zi? ehe penasaran :D
BalasHapus*blushing* waahahaha saya juga bingung mas sebenarnya haha. makasih apresiasinya mas Iqbal ! Keep on Writing!!
BalasHapussilvi : ada tiga kerjanya, sil. Jadi front officer, event organizer sama reseacher hehe
BalasHapuswaahhhhh kereennn mbak... aku juga pengen e...
BalasHapus