Pelajaran dari Pengunjung Pameran
Kali ini tamu yang
datang berasal dari Jepang. Awalnya, teman sesama volunteer saya, si Furqon lah
yang memandunya untuk memasuki ruang galeri. Sepulangnya, saya yang sedang
duduk nyaman diatas sofa langsung berdiri, membungkuk dan mengucapkan
“arigatou”. Kata Mas Eki, ketika kamu mengucapkan bahasa yang tidak spesial,
maka hal itu akan sampai pada pikiran orang yang kita ajak bicara saja. Tetapi
ketika kita berbicara dengan bahasa orang yang kita ajak bicara, maka itu akan
sampai pada hatinya. Dimana bumi dipijak, disitu langt dijunjung. Pmuda itu
membalas dengan ucapan “terima kasih”, sambil tertawa riang.
Saya kembali duduk
dan mengambil sepiring nasi untuk makan sore. Tak lama kemudian, pemuda Jepang
itu kembali dan menanyakan pada kami dimana ada ojek. Saya berusaha untuk
membantu semaksimal mungkin, mengingat saya sudah pernah menyesal karena tidak
dapat membantu orang asing yang hendak meminta plastik, karena tidak
menemukannya. Saya meminta tolong pada teman sesama volunteer, Fata untuk
browsing sebentar mencari nomor telepon ojek taxi motor. Sembari menunggu, saya
mengajak pemuda Jepang tersebut duduk dan berbincang ringan. Awalnya saya
bertanya dari kota mana, dia berkata bahwa dia berasal dari Nagoya.
Perbincangan panjang lebar yang sempat membuat saya panik, benar saja. Bahasa
Inggrisnya masih terbilang patah-patah. Bahasa Indonesia hampir tidak bisa. Dan
saya : sama sekali tidak bisa berbahasa Jepang.
Dia sangat ramah,
berkali-kali tesenyum. Saya berusaha membuatnya tak merasa kesepian saat
menunggu, tetapi juga tak merasa risih karena keberadaan saya. Perbincangan
kami lanjutkan kembali. Kali ini saya bertanya untuk apa
ia datang ke Indonesia. Ia berkata bahwa ia adalah seorang pelukis. Sontak saya
langsung kaget “jangan-jangan dia pelukis terkenal di sana”. Dugaan saya benar,
saya diberinya kartu nama yang juga berisi alamat email dan websitenya. Setelah
saya browsing di google ternyata memang benar. Dia pelukis terkenal.
Setelah saya
menelefon taksi motor, hujan mengguyur deras. Saya melemparkan pandangan jauh
ke atas langit sambil berpikir “saya salut dengan keberanian pemuda ini. Hanya
bermodal lonely planet dan peta serta penerjemah di tangannya ia berani datang
kesini. Saya tidak bisa membayangkan jika saya pergi ke luar negeri, meskipun
bahasa inggris saya juga nggak jelek-jelek amat, tetapi membayangkan jalan
kesana sendiri saja sudah ngeri. Banyak pertanyaan soal “bagaimana kalau”.
Bagaimana kalau saya tersesat, bagaimana kalau saya dijahilin orang, dan banyak
bagaimana kalau lain yang saya pikirkan. Saya terlalu berpikiran negatif,
ataukah pemuda ini yang terbilang nekat ? “
Saya tidak
menyalahkan, sama sekali tidak. Tetapi yang membuat saya khawatir adalah
bagaimana jika dia tersesat? Bagaimana ? Tuh kan, saya bilang juga apa, saya
terlalu berpikiran negatif. Sampai-sampai ketika ojek sudah datang, saya
berkali-kali berpesan pada bapak ojek untuk mengantarkan pada tujuan yang
memang ingin dicapai, saya beritahu arah jalan, peta, dan sebagainya. Saya
hanya takut pemuda itu dipermainkan.
Puncaknya, kemarin
sore ketika saya berbincang dengan Furqon, ia bercerita bahwa kemari setelah
menaiki ojek, pemuda itu menuju tempat travel pada jam 11 malam untuk pergi ke
Borobudur. Firasat saya, ia ingin mengejar sunrise. Karena travel itu tidak
berhenti tepat di depan Borobudur, Furqon meminta pemuda itu untuk ditunda
besok pagi kepergiannya.
Saya tidak tahu
apakah pemikiran pemuda itu terlalu positif,atau saya yang berpikiran negatif.
Tapi saya punya sudut pandang lain atas semua ini. Bahwa tidak semua orang
baik, maka dari itu kewaspadaan harus selalu ditanamkan.
Assalamu'alaikum, blogwalking, baca-baca, cari inspirasi n salam ukhuwah.. ^_^
BalasHapusSekalian mau ngasih tau kalo di Toko Busana Muslimah Online
Banyak Banget Jilbab Cantik Murah Meriah, Kerudung, Hijab, Abaya, Turban, Shawl, Gamis, Mukena, Sejadah, Selendang, Aksesoris, DLL