Aku menangkap kecantikan hatimu….




Aku mengenalmu hampir setahun ini, tetapi baru mendapatkan banyak hal setelah beberapa bulan terakhir karena tempat duduk kita dalam kelas yang seringkali berdampingan akhir-akhir ini. Aku tau kita berbeda, tapi aku mendapatkan sesuatu yang sangat berharga dari setiap apa yang kamu lakukan.
Aku menemukan kerendahan hati yang teramat dalam dari dirimu. Menemukan bahwa ada mutiara yang berkilau dari dalam lubuk hatimu. Matamu yang sipit seringkali membuat aku memangilmu “cik” karena engkau keturunan Cina.
Bahkan tiap kali aku menggoda dan mengejek-ejek engkau, selalu saja engkau menimpalinya dengan tawa dan wajahmu yang imut seperti anak baru masuk sekolah.
Aku juga geli melihatmu yang seringkali mengelus-elus rambut dan mempertemukan kedua jari telunjukmu yang lurus itu sambil memelas.
Dan, pagi itu..
Aku melihatmu begitu bersemangat untuk menggalang dana bagi sebuah proyek besar untuk kepentingan kemanusiaan. Aku begitu yakin, itu bukanlah sesuatu yang baru pertama engkau lakukan. Bahkan engkau yang berjualan ini itu saat datang ke kelas sejak kita masuk di bangku kuliah.
Akhirnya, aku berkeinginan untuk mendekati dan belajar banyak hal tentang kemanusiaan darimu. Entah apa yang membuatmu begitu peduli terhadap orang-orang yang ada di sekelilingmu, tanpa engkau sendiri mengabaikan tanggung jawab dan kewajiban yang harus kau lalui.
Ketika aku mengantarkan engkau sampai masuk di kampus, aku memilih untuk menunggumu di atas motor katena (lagi-lagi) aku terlalu sayang dengan sandal jepit yang aku kenakan. Aku terkesima dan ingin sekali tertawa meihat engkau yang pagi-pagi sudah berlarian membawa dua kantong plastic hitam besar berisi puluhan nasi bungkus yang siap engkau antar kepada teman-teman yang ingin sarapan pagi. Tubuhmu yang mungil dan cara berjalanmu yang lucu sekali, membuat aku tesenyum senyum sendiri melihatmu dari kejauhan. Ya, bahkan engkau masih mengenakan helm diantara teman-teman lain jurusan yang sudah berdandan cantik dan rapi hendak naik ke auditorium mewah di kampus. Ah, kali ini aku benar-benar melihat robot dari kejauhan. Ya, robot berhati emas, kataku. Kawan, tahukah engkau ? aku menangkap sejuta kecantikan dari hatimu. 

Komentar

Postingan Populer