Unforgettable Moment :)
Siang itu, di keramaian kota Yogyakarta, seperti biasanya setelah
kuliah berlangsung, saya memanfaatkan waktu luang untuk menjadi
parttimer di salah satu swalayan yang letaknya tak terlalu jauh dari
rumah. Dalam suasana itu, saya melihat seorang Bapak tua sedang
berjalan tertatih sembari membawa tongkatnya, dan dibelakangnya diikuti
oleh seorang anak perempuan kecil kira-kira berumur enam tahun. Sebut
saja Putri namanya. Saya amati dari atas hingga bawah, pakaiannya yang
sudah lusuh dan kumal, menjadikan saya langsung bisa menebak siapa
mereka. Dan, pelan-pelan, Pak tua itu mulai memasuki swalayan. Salah
satu karyawan yang ada di dekatnya berusaha untuk mendekati dan
menanyakan dengan penuh hormat tentang apa yang bisa diperbuat olehnya
kepada Bapak tua itu. Bapak tua itu ingin membeli obat pijat bermerk “X”
. Si anak pun mengekor dibelakang, sambil takjub dan mungkin sedikit
penasaran dengan barang-barang yang terlihat menarik dipajang di etalase
counter alat-tulis-kantor. Dengan seksama dia mengamati dan terus
melihat ke segala arah. Untuk mengobati rasa penasarannya, diapun
berjalan dan terus berjalan menyusuri area swalayan. Menurut pengamatan
saya, ada sesuatu yang begitu menarik perhatiannya. Ya. Di counter alat
tulis itupun Putri berhenti dan mencoba melihat barang yang ada di
depannya. Dia mengambil pelan, melihat2 dan kemudian membawanya untuk
memberitahukan (entah ayah-atau kakeknya) bahwa dia sangat menginginkan
barang tersebut. Pak tua berjalan ke kasir setelah mendapatkan barang
yang dibutuhkannya, Putri pun mengekor kembali di belakangnya, sambil
mengatakan bahwa dia sangat menginginkan barang yang dia bawa. Ketika
itu, Pak tua menanyakan harga barang tersebut kepada kasir , ternyata
harganya sangat mahal . Tak lama, Bapak itu mengambil uang-yang
seluruhnya berupa koin- dan setelah dihitung-hitung tak mencukupi untuk
membelikan dan membahagiakan hati cucunya tercinta .
Akhirnya,
dengan berat hati, Bapak tua itu segera menggendongnya dan
mengembalikan barang tersebut ke salah satu meja di dekatnya. Tak
disangka, Putri mulai berteriak dan menangis dengan keras serta
berkali-kali dia katakan bahwa ia sangat menginginkan barang tersebut.
Setelah transaksi dengan kasir selesai, merekapun berjalan keluar
swalayan. Pak tua tersebut tak tahu lagi apa yang bisa diperbuatnya
untuk membuat cucunya tenang. Berkali-kali dia menenangkan dan
mengelus-elus kepalanya dengan penuh kasih sayang sambil duduk di dekat
swalayan. Tangisannya semakin menjadi-jadi.
Di dekat
pintu, ada seorang satpam yang mengamati dan mungkin bisa menebak apa
yang terjadi di depan matanya. Tak lama, ia mendekat kepada mereka,
duduk jogkok dengan penuh hormat meminta izin kepada Pak tua untuk
menggendong cucunya. Seperti layaknya seorang ayah, beliaupun merangkul,
memeluk, dan menggendong Putri dengan penuh kasih sayang, dengan
tatapan yang begitu meneduhkan. Bahkan terlihat seperti sedang
menenangkan dan menimang-nimang anak kandungnya tersayang. Mereka berdua
memasuki swalayan dan Putri langsung terdiam sembari menunjukkan barang
yang tadi sangat diinginkannya. Ya.... satu set peralatan gambar
lengkap untuk anak-anak yang harganya tidak terjangkau bagi saya. Mereka
langsung menuju kasir dan membayarnya. Akhirnya, Pak Satpam menurunkan
dari gendongannya. Keluarlah Putri dari swalayan dengan rasa
gembira,menatap Pak Satpam sebagai Malaikat yang turun dari langit dan
memberikan hadiah padanya, dengan senyum yang terkembang, dengan polos
dan tulusnya wajah seorang anak. Pak Satpam pun melihat mereka dengan
perasaan sangat bahagia. Dengan senyum yang tulus dan dengan keikhlasan
hati yang terpancar. Dengan tatapan mata yang bebinar. Subhanallah, saya
begitu tersentak dan terharu melihat pemandangan yang begitu indah hari
ini. Air mata saya pun tumpah seketika. Saya bahkan menyalahkan diri
saya sendiri, kenapa saya sedari tadi tidak berbuat apa-apa, hanya
berdiri, diam di tempat dan mengamati. Bayangkan saja, kebutuhan beliau
lebih banyak daripada saya karena harus menghidupi istri dan dua orang
anaknya yang masih sekolah dan tentu membutuhkan biaya yang tidak
sedikit. Ada salah satu kasir yang menanyakan dan meyakinkan keseriusan
Pak Satpam tersebut dengan niat baiknya. Karena akhirnya uang beliau
hanya beberapa rupiah saya. Yang mungkin hanya cukup untuk sekali saya
makan di kantin. Namun beliau tak sedikitpun menghiraukan. Beliau hanya
tersenyum. “Ya Allah, ampuni hamba” batin saya. Bahkan untuk sekadar
memasukkan beberapa koin ke dalam kotak amal pun saya harus berpikir
berkali-kali. Padahal bisa dibilang, uang jatah untuk saya tiap bulannya
masih lebih banyak daripada gaji Pak Satpam. Selama ini saya hanya bisa
mengeluh dan mengeluh, menyalahkan ini dan itu, tidak menerima
keadaan...Terima kasih ya Allah atas izinMu...hari ini saya mendapatkan
pengalaman yang luar biasa.
Melalui Pak Satpam saya banyak
belajar. Dengan tanpa sedikitpun curiga dan dengan penuh kebersihan dan
kejernihan hatinya (yang bahkan tanpa memikirkan siapa dan apa motif
seorang Pak Tua dan si Anak), beliau dengan penuh rasa ikhlas, dengan
tatapan penuh kasih sayang, bisa sangat menggembirakan hati anak-anak
yang penuh angan, imajinasi, dan mimpi......
Lalu apa yang
selama ini bisa saya perbuat? Apakah selamanya hanya bersikap acuh tak
acuh dengan keadaan di sekeliling saya? Apakah saya masih tetap
memikirkan kekenyangan perut saya sendiri sementara masih begitu banyak
Putri2 lain di luar sana yang masih begitu menginginkan dan memimpikan
dunia anak2 yang begitu menyenangkan, dan tentunya mereka banyak
membutuhkan uluran tangan....
Jogjakarta, 18 Februari 2011 17:55 pm
Ditulis dari cerita seorang teman baik
-Zee-
Komentar
Posting Komentar